Putra DrafterCad Liverpudlian|Buat Lencana Anda
Putra Liverpool: 2011
@Putra Liverpudlian. Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 13 April 2011

TRAGEDI HILLSBOROUGH

Sekitar 15.000 suporter travelling fans berangkat lebih awal dari Liverpool dan berbondong-bondong menuju stadion Hillsborough, Sheffield. Mereka datang guna mendukung Liverpool yang akan segera menjalani partai semifinal piala FA 1989 menghadapi Nottingham Forest,Sabtu pagi yang cerah membawa atmosfer yang bagus dan semangat menggelora ditunjukkan para suporter untuk mendukung Liverpool. Mereka tak mempedulikan bagaimana cara mereka datang ke Sheffield. apakah menggunakan bus atau kereta api. Yang pasti semua supporter menggambarkan hari sabtu itu seperti hari karnaval. Hari itu, semua jiwa bersatu untuk mendukung Liverpool. Namun nampakanya semua akan berubah hanya dalam 1 jam saja, Liverpool pada saat itu diprediksikan akan dapat mengalahkan Nottingham Forest yang menjadi pesakitan tahun sebelumnya di tempat yang sama, Tiket pertandingan di Hillsborough yang biasanya tidak terjual habis, khusus hari itu, Liverpool yang menjadi alasan tiket terjual habis. Namun kacaunya panitia tidak memperhitungkan jumlah fans Liverpool yang datang dengan tempat di mana supporter Liverpool kelak ditempatkan di Tempat di mana akan menjadi saksi sejarah tragedi sepakbola terbesar di Inggris. “ ladang kematian“ bernama " The Lapping Lane
Panitia mengalokasikan kapasitas tempat untuk 14.000 ribu tribun berdiri di lapping lane yang notabene satu-satunya tribun kecil di sana, Yang lebih tidak masuk akal lagi, Polisi memilih memilih Spion Kop End yang memuat sekitar 21.000 orang untuk menampung supporter Nottingham. Logikanya, Daya tarik pertandingan tersebut ditujukkan untuk fans Liverpool, namun polisi lebih memilih " mengamakan " suporter Nottingham. Otomatis, salah persepsi para petugas keamana dan panitia setempat menjadi awal bencanannya. Suporter datang dengan jumlah yg sangat besar
The Lapping lane hanya mampu memuat sekitar 14,600 orang namun hari itu jumlah suporter yang datang sudah di luar perkiraan.
Pukul 2 pm para suporter kedua belah kubu mulai berdatangan dalam jumlah besar dengan kawalan polisi berkuda setempat. Kerumunan supporter menjadi alasan polisi setempat memperketat keamanan di sekitar stadion dan mengambil alih pengawasan para supporter
Pukul 2.30 pm , kerumunan sekitar pagar masuk semakin meluap saat turnstile (pintu masuk berputar) dibuka. Aliran supporter Liverpool dengan jumlah besar masuk bagaikan longsoran manusia dan segera menempati tribun tersebut
Bisa dibayangkan 10.000 orang mengalir masuk ke dalam The Lapping Lane dengan hanya menyediakan 3 gerbang masuk dan 7 pintu masuk putar. Dipastikan ini sangat tidak kemanusiawian yang dapat mendeskripsikan keadaan saat itu dengan keadaan stadion yang penuh sesak dan pengap. Suporter Liverpool yang masih tertinggal diluar sekitar 2000-5000 orang berusaha merengsek masuk ke dalam stadion. diantaranya tanpa tiket. Menurut pengakuan petugas keamanan yang bertugas di luar stadion mengganggap desakan para supporter Liverpool masuk ke dalam stadion disebabkan karena banyak dari mereka yang dalam pengaruh alkohol dalam jumlah besar. Hal tersebut yang menjadi acuan utama para penyelidik untuk mengamati kronologi kejadian tersebut dan sebagai barang bukti utamanya
Namun pada akhirnya semuanya akan dibantah dan sangat tidak rasional saat semua suporter yg sangat antusias dituduh dalam pengaruh alcohol. Lanjut ke TKP, mendengar volume manusia yang berusaha masuk kedalam stadion semakin menggila dan untuk mengantisipasi jatuhnya korban. inspektur Marshal di sana yang hari itu bertugas,David Duckenfireld memerintahakn untuk membuka gerbang C dimana sektor 3 dan 4 berada. Sektor 3 dan 4 yang saat itu sudah penuh sesak dengan fans yang sudah berada di dalamnya sebelumnya. Akibatnya " Fatal Crush " terjadi.
Sebelum Duckenfield mampu memerintahkan official untuk menunda kick off, Aliran manusia dalam jumlah besar masuk tanpa mampu dihentikan. Aliran manusia mengalir deras masuk ke gerbang C dan memenuhi blok tiga dan empat yang sudah dipenuhi oleh fans sebelumnya, Para supporter yang berada di kedua blok tersebut terdesak ke depan dan terjempit di antara pagar pembatas “ ladang kematian “ tersebut. Keputusan Duckenfield untuk membuka gerbang C sangat fatal akibatnya. Keputusan dia sangat terburu-buru. Logikanya, Seharusnya sebelum Duckenfield memutuskan untuk membuka gerbang C, dia harus meminta konfirmasi petugas yang berada di blok 3 dan 4 , apakah kedua blok tersebut mampu menampung tambahan supporter atau tidak, namun semuanya terlambat.
Akibatnya 96 fans Liverpool tewas terjepit, terinjak dan kehabisan oksigen di dalam ladang kematian tersebut. Rincian korbannya:
89 suporter pria dan 7 perempuan meninggal di tempat kejadian dan saat di bawa ke rumah sakit. Sepertiga dari korban meninggal berumur 20 tahun. Korban termuda adalah seorang anak laki-laki berumur 10 tahun bernama Jon Paul Gihooley yang merupakan sepupu Steven Gerrard. Korban meninggal banyak ditemukan di blok 3 dan korban injury banyak di temukan di sektor 3 dan sebagian sektor 4. Sekitar 730 di dalam dan 36 suporter di luar stadion menderita cedera ringan hingga parah seperti brain malfunction(kekurangan oksigen).
Kisah memilukan terjadi kepada salah satu korban yang terakhir meninggal, Tony Bland.
Tony Bland merupakan korban selamat yang meninggal 3 tahun setelah kejadian. Dia mengalami kerusakan otak parah. Tony Bland mengalami kerusakan otak yang memaksa dia hidup dalam setengah koma selama 3 tahun di rumah sakit.. Pada 3 March 1993 dia meninggal di hospital atas kesepakatam pihak keluarganya dan para doktor melalui cara " dipaksa meninggal
Dia merupakan pasien pertama di Inggris yang diperbolehkan meninggal oleh hukum Inggris. Dia meninggal dengan cara asupan gizinya dihentikan
Kegagalan polisi dalam mengontrol laju aliran para supporter dinilai sebagai penyebab utama tragedi tersebut. Penyilidkan mengenai penyebab2 tragedi Hillsborough terjadi segera dilakukan oleh kepolisian Inggris..

nama-nama korban meninggal Tragedi Hillsborough :

* John Alfred Anderson (62)
* Colin Mark Ashcroft (19)
* James Gary Aspinall (18)
* Kester Roger Marcus Ball (16)
* Gerard Bernard Patrick Baron (67)
* Simon Bell (17)
* Barry Sidney Bennett (26)
* David John Benson (22)
* David William Birtle (22)
* Tony Bland (22)
* Paul David Brady (21)
* Andrew Mark Brookes (26)
* Carl Brown (18 )
* David Steven Brown (25)
* Henry Thomas Burke (47)
* Peter Andrew Burkett (24)
* Paul William Carlile (19)
* Raymond Thomas Chapman (50)
* Gary Christopher Church (19)
* Joseph Clark (29)
* Paul Clark (18 )
* Gary Collins (22)
* Stephen Paul Copoc (20)
* Tracey Elizabeth Cox (23)
* James Philip Delaney (19)
* Christopher Barry Devonside (18 )
* Christopher Edwards (29)
* Vincent Michael Fitzsimmons (34)
* Thomas Steven Fox (21)
* Jon-Paul Gilhooley (10)
* Barry Glover (27)
* Ian Thomas Glover (20)
* Derrick George Godwin (24)
* Roy Harry Hamilton (34)
* Philip Hammond (14)
* Eric Hankin (33)
* Gary Harrison (27)
* Stephen Francis Harrison (31)
* Peter Andrew Harrison (15)
* David Hawley (39)
* James Robert Hennessy (29)
* Paul Anthony Hewitson (26)
* Carl Darren Hewitt (17)
* Nicholas Michael Hewitt (16)
* Sarah Louise Hicks (19)
* Victoria Jane Hicks (15)
* Gordon Rodney Horn (20)
* Arthur Horrocks (41)
* Thomas Howard (39)
* Thomas Anthony Howard (14)
* Eric George Hughes (42)
* Alan Johnston (29)
* Christine Anne Jones (27)
* Gary Philip Jones (18 )
* Richard Jones (25)
* Nicholas Peter Joynes (27)
* Anthony Peter Kelly (29)
* Michael David Kelly (38)
* Carl David Lewis (18 )
* David William Mather (19)
* Brian Christopher Mathews (38 )
* Francis Joseph McAllister (27)
* John McBrien (18 )
* Marion Hazel McCabe (21)
* Joseph Daniel McCarthy (21)
* Peter McDonnell (21)
* Alan McGlone (28 )
* Keith McGrath (17)
* Paul Brian Murray (14)
* Lee Nicol (14)
* Stephen Francis O'Neill (17)
* Jonathon Owens (18 )
* William Roy Pemberton (23)
* Carl William Rimmer (21)
* David George Rimmer (38)
* Graham John Roberts (24)
* Steven Joseph Robinson (17)
* Henry Charles Rogers (17)
* Colin Andrew Hugh William Sefton (23)
* Inger Shah (38 )
* Paula Ann Smith (26)
* Adam Edward Spearritt (14)
* Philip John Steele (15)
* David Leonard Thomas (23)
* Patrik John Thompson (35)
* Peter Reuben Thompson (30)
* Stuart Paul William Thompson (17)
* Peter Francis Tootle (21)
* Christopher James Traynor (26)
* Martin Kevin Traynor (16)
* Kevin Tyrrell (15)
* Colin Wafer (19)
* Ian David Whelan (19)
* Martin Kenneth Wild (29)
* Kevin Daniel Williams (15)
* Graham John Wright (17)

Senin, 11 April 2011

Final Champions League 2005 LIVERPOOL FC vs AC MILAN





Dinding stadion Kemal Ataturk seperti setipis kertas. Dari kamar ganti Liverpool, sorak sorai pemain AC Milan di ruangan yang berbeda begitu jelas terdengar. Semua pemain Liverpool tertunduk lesu. Tak ada yang berani menegakkan kepala. Pada malam final Liga Champions 2004/05 itu, Milan memberikan pukulan telak kepada Liverpool. Milan mampu unggul 3-0 saat jeda. Bek veteran Paolo Maldini membuka keunggulan pada menit pertama pertandingan. Sebelum turun minum, Hernan Crespo menambahnya dengan dua gol. Awal yang sempurna.

Tak mau disetir kemurungan, Rafael Benitez menghimpun nafas dan berdiri di tengah para pemainnya. Sang manajer sadar, dia hanya punya waktu 15 menit untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Ketika berjalan dari bangku cadangan menuju ruang ganti, benak Benitez dipusingkan mencari-cari kalimat dalam bahasa Inggris yang tepat untuk "menghidupkan" para pemainnya. Kalimat yang kemudian meluncur dari mulutnya sederhana saja.

"Jangan tundukkan kepala kalian. Kita Liverpool. Kalian bermain untuk Liverpool. Jangan lupakan itu. Kalian harus tetap menegakkan kepala kalian untuk suporter. Kalian harus melakukkannya untuk mereka", serunya.

"Kalian tak pantas menyebut kalian pemain Liverpool kalau kepala kalian tertunduk. Kalau kita menciptakan beberapa peluang, kita berpeluang bangkit dalam pertandingan ini. Percaya lah kalian mampu melakukannya. Berikan kesempatan buat kalian sendiri untuk keluar sebagai pahlawan."

Sebelum tim keluar kamar ganti, Rafa menyusun skema formasi baru di papan tulis. Untuk menghambat Kaka, Rafa meminta Dietmar Hamann bersiap tampil menggantikan Djimi Traore. Namun, ketika diberitahu Steve Finnan mengalami cedera, Benitez memanggil kembali Traore yang sudah mencopot sepatu dan berjalan ke kamar mandi. Keputusan terakhir, Finnan keluar, Hamann masuk.

Rafa sadar, tak ada lagi ruginya mengorbankan seorang pemain bertahan. Liverpool bermain dengan tiga pemain belakang dan kapten Steven Gerrard didorong lebih ke depan. Liverpool memang harus bangkit, sekarang atau tidak sama sekali.

Inilah lima belas menit yang menentukan. Lima belas menit yang mengubah segalanya. Babak kedua menjadi milik Liverpool. Sembilan menit berjalan, Liverpool menyulut sumbu ledak stadion. Dalam rentang enam menit berikutnya, Liverpool ganti mengendalikan situasi. Steven Gerrard memberikan gol inspirasional lewat sundulan kepala menyongsong umpan John Arne Riise. Tak lama berselang, tendangan keras jarak jauh Vladimir Smicer tak dapat ditahan Dida. Belum lagi Milan menata diri, pada menit ke-60, Gerrard dijatuhkan di kotak penalti oleh Gennaro Gattuso. Penalti! Awalnya, eksekusi Xabi Alonso sempat ditahan Dida, tapi bola muntah langsung disambar Alonso.

Cerita belum selesai. Kedudukan 3-3 bertahan hingga 90 menit. Pertandingan diperpanjang hingga 30 menit, tapi tetap tak bisa menentukan pemenang. Juara Liga Champions musim itu pun harus diselesaikan melalui babak adu penalti.

Sebelum "babak perjudian" itu dimulai, Jamie Carragher datang menghampiri kiper Jerzy Dudek. Carra menyarankan Dudek agar melakukan "sesuatu" untuk mengacaukan konsentrasi pemain Milan. Dudek langsung teringat rekaman video yang pernah disaksikannya. Kaki spaghetti! Saat adu penalti final Piala Champions 1984 melawan AS Roma, pendahulu Dudek, Bruce Grobbelaar, memelintir-melintir kakinya. Entah memang berpengaruh atau tidak, Grobbelaar berhasil membawa Liverpool menang dan merebut Piala Champions.

Trik yang sama dipakai Dudek ketika Andriy Shevchenko bertugas sebagai eksekutor terakhir Milan. Terbukti, trik kuno itu berhasil. Eksekusi Sheva mengarah ke tengah gawang dan dengan sebelah tangan, Dudek menahannya. Liverpool pun merajai Eropa! Jerih payah fans Liverpool yang terus menggemuruhkan dukungan untuk klub kesayangan mereka terbayar sudah!

Mukjizat di Istanbul ini kemudian diabadikan dalam film Fifteen Minutes That Shook The World. Betapa tidak, final Liga Champions musim itu sangat dramatis dan membuktikan segalanya mungkin terjadi di lapangan sepakbola.

Pascafinal Istanbul, hidup tak lagi sama. Tapi, hidup juga berjalan terus. Satu per satu figur pemain heroik, seperti Harry Kewell, Milan Baros, Djibril Cisse, Luis Garcia, Dudek, dan Smicer meninggalkan Anfield dan melanjutkan karir di klub baru.

Sebagian tetap tinggal, terutama Gerrard. Sang kapten sempat disebut-sebut akan hijrah ke Chelsea musim panas 2005 itu. Tapi, Istanbul mengubah segalanya.

"Bagaimana mungkin saya pindah setelah mengalami final seperti ini?" ujar Gerrard.

Arak-arakan bus dengan atap terbuka dan kerumunan satu juta orang, 300 ribu di antaranya memadati St George's Hall, suatu hari di Mei 2005, pasti takkan pernah dilupakan Liverpudlian sepanjang masa.

Selasa, 05 April 2011

TRAGEDI HEYSEL

Liverpool masuk final piala Champions lagi pada tahun 1985, namun saat itu terjadi tragedi Heysel dimana sebelum pertandingan pendukung Liverpool dan Juventus berkelahi massal. Pendukung Liverpool menerobos pembatas dan menyerbu tempat pendukung Juventus berada. Total korban meninggal adalah 39 orang, sebagian besar merupakan pendukung Juventus. Pemain Liverpool yang sudah shock karena peristiwa itu harus tetap bertanding dan akhirnya kalah 0-1 dari Juventus. Pihak UEFA kemudian memberi hukuman kepada semua klub Inggris untuk tidak boleh bertanding di semua kompetisi resmi Eropa selama 5 tahun dan kepada Liverpool dikenakan hukuman 10 tahun yang kemudian direvisi menjadi 6 tahun untuk Liverpool.

Jumat, 11 Februari 2011

Skuat utama

Hingga 25 Januari 2011.


No. Pos. Nama
1 GK Brad Jones
2 DF Glen Johnson
4 MF Raul Meireles
5 DF Daniel Agger
6 DF Fábio Aurélio
7 FW Luis Alberto Suárez
8 MF Steven Gerrard Kapten
9 FW Andy Carroll
10 MF Joe Cole
14 FW Milan Jovanović
16 DF Sotirios Kyrgiakos

No. Pos. Nama
17 MF Maximiliano Rodríguez
18 FW Dirk Kuyt
21 MF Lucas Leiva
23 DF Jamie Carragher (wakil kapten)
24 FW David N'Gog
25 GK Pepe Reina (wakil kapten 2)
26 MF Jay Spearing
28 MF Christian Poulsen
33 MF Jonjo Shelvey
34 DF Martin Kelly
37 DF Martin Škrtel
Skuat cadangan


No. Pos. Nama
12 FW Daniel Pacheco
22 DF Danny Wilson
35 DF Conor Coady
36 DF Steven Irwin
38 DF John Flanagan
40 DF Daniel Ayala
41 GK Martin Hansen
42 GK Péter Gulácsi
43 GK Dean Bouzanis
45 MF Thomas Ince

No. Pos. Nama
47 DF Andre Wisdom
48 MF Jermanardo Bruna
49 DF Jack Robinson
— DF Chris Mavinga
— DF Emmanuel Mendy
— MF Alex Cooper
— MF Nicolaj Køhlert
— MF Michael Roberts
— MF Jesús Fernández Sáenz
— FW Nikola Sarić
Sedang dipinjamkan


No. Pos. Nama
31 MF Nabil El Zhar (ke PAOK hingga akhir musim 2010–2011)
32 DF Stephen Darby (ke Notts County hingga akhir musim 2010–2011)[5]
39 FW Nathan Eccleston (ke Charlton Athletic hingga akhir musim 2010–2011)[6]
46 FW David Amoo (ke MK Dons hingga 23 Februari 2011)
— MF Alberto Aquilani (ke Juventus hingga akhir musim 2010–2011)[8]
— DF Philipp Degen (ke Stuttgart hingga akhir musim 2010–2011)
— DF Emiliano Insúa (ke Galatasaray hingga akhir musim 2010–2011)[10]
— MF Sean Highdale (ke Newtown hingga akhir musim 2010–2011)
[sunting] Staff Teknis

* Manajer: Kenny Dalglish
* Asisten Manajer: Sammy Lee
* Pelatih Tim Utama: Mauricio Pellegrino
* Kepala Analisa Tehnik: Angel Vales
* Kepala Analisa Lawan: Dave McDonough
* Pelatih Kebugaran: Paco De Miguel
* Asisten Pelatih Kebugaran: Gerard Nus
* Pelatih Penjaga Gawang: Xavi Valero
* Kepala Pencari Bakat: Eduardo Macia
* Asisten Pencari Bakat: Mike McGlynn
* Dokter Klub: Mark Waller
* Senior Fisioterapist: Rob Price

LIVERPOOL FC


Liverpool Football Club
(dikenal pula sebagai Liverpool atau The Reds) adalah sebuah klub sepak bola peserta Liga Utama Inggris. Liverpool adalah klub tersukses dalam sejarah persepakbolaan Inggris yang bermarkas di kota Liverpool. Liverpool telah memenangkan 5 tropi Liga Champions (dulu Piala Champions), yang merupakan rekor Inggris.18 gelar Liga Inggris, 7 Piala FA, serta, 7 kali juara Piala Liga. Stadion mereka berada di Anfield, yang terletak sekitar 4,8 km dari pusat kota Liverpool.
Sejarah
Salah satu klub tersukses di Inggris Raya. Didirikan pada 1892 akibat perseteruan John Holding dengan Everton FC, Liverpool menjelma kekuatan serius di kompetisi sepakbola Inggris. Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, namun FA menolak mengakui dua tim bernama Everton. Houlding pun akhirnya memilih nama Liverpool FC.
Tak butuh lama bagi Liverpool untuk mencicipi gelar di liga. Pada 1900/01, Liverpool sukses menjuarai Divisi Satu dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meski mereka dikalahkan Burnley 1-0. Liverpool sempat terseok-seok sebelum Bill Shankly datang sebagai manajer pada 1959. Shankly membenahi tim secara besar-besaran dan menggunakan sebuah ruangan bernama The Boot Room untuk menggelar rapat pelatih.
Kejayaan Liverpool bersama Shankly dilanjutkan Bob Paisley, yang antara lain sukses membawa Reds merengkuh trofi Eropa pertama. Pada 1972/73, Liverpool menyabet Piala UEFA dan menyusul Piala Champions empat tahun berikutnya. Periode keemasan Liverpool pun dimulai. Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden Heysel dan Hillsborough pada 1980-an. Kedua insiden mengerikan tersebut memakan korban nyawa penonton sepakbola dan masih terus dikenang hingga saat ini. Kali terakhir Liverpool menjuarai liga adalah musim 1989/90 dan sudah terlalu lama mereka menunggu untuk mencicipi sukses pertama di era Liga Primer.
Lambang
Dalam tradisinya, merah dan putih adalah warna klub. Namun dalam berkembangannya berubah menjadi merah pada era 1960an. Seperti lambang klub yang terus berkembang mengikuti perkembangan sejarah Liverpool, dengan dua nyala api yang dimasukkan ke dalam lambang klub setelah Tragedi Hillsborough untuk menghormati 96 suporter Liverpool yang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Liverpool telah bermain di Anfield sejak didirikan, dan direncanakan untuk pindah ke stadiun yang baru di Stanley Park. Diperkirakan stadiun baru akan selesai pada 2011.
Era keemasan
Liverpool sangat dominan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Pemain-pemain yang terkenal pada masa ini termasuk Ray Clemence, Mark Lawrenson, Graeme Souness, Ian Callaghan, Phil Neal, Kevin Keegan, Alan Hansen, Kenny Dalglish (102 cap), dan Ian Rush (346 gol)
Liverpool meraih era terbaiknya saat masih dikepalai oleh Bill Shankly. Pelatih ini kemudian menjadi legenda Liverpool. Ia sangat dihormati karena berhasil membawa Liverpool kembali ke divisi satu setelah sebelumnya mendekap di divisi dua selama 8 musim. Untuk menghormati jasanya, dibuatlah patung Bill Shankly di pintu masuk Anfield.
Tragedi
Klub ini juga terlibat dalam dua tragedi besar dalam sepak bola Eropa, yaitu dalam Tragedi Heysel pada 1985 dan Tragedi Hillsborough pada 1989. Tragedi Heysel mengakibatkan klub-klub dari Inggris dilarang tampil di ajang kejuaraan Eropa selama 5 tahun.
Treble
Liverpool berhasil mendapatkan treble winner, Liverpool mendapatkan dua gelar domestik (Piala Liga dan Piala FA) dan Piala UEFA pada musim 2000/01. Meskipun begitu, memenangi treble bukanlah hal yang baru bagi mereka. Pada 1984 mereka menjadi juara Piala Chamapions, Piala Liga dan Liga Inggris.